Desa Milyarder, Dosen Prodi MBS Mempresentasikan karyanya pada Kegiatan "The 4th Annual Conference on Community Engagement (ACCE)" di Desa Sekapuk

Blog Single

The 4th Annual Conference on Community Engagement (ACCE) 2023 di UIN Sunan Ampel Surabaya ini dimaksudkan untuk menjadi wahana curah gagasan, kolaborasi, dan saling berbagi pemikiran, ide, dan karya-karya nyata pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Perguruan Tinggi Keagamaan lainnya untuk mewujudkan SDGs sehingga masyarakat memiliki resiliensi yang kuat sekaligus mendorong transformasi sosial ke arah yang lebih baik. Pemikiran, ide, dan karya-karya nyata pengabdian kepada masyarakat diwujudkan bentuk artikel/ makalah yang bermuatan akademik, kebaharuan (novelty), orisinalitas, dan belum pernah diterbitkan dalam berbagai media. Luaran dari kegiatan ini di antaranya adalah terdesiminasinya pemikiran, ide, dan karya-karya nyata pengabdian kepada masyarakat serta terdokumentasinya berbagai artikel/ makalah melalui prosiding, jurnal, dan publikasi ilmiah lainnya. Kegiatan kedua adalah Kunjungan ke Desa Milyarder untuk mendapatkan inspirasi pengelolaan Desa menjadi desa yang berpendapatan besar. Serta memberikan wahana untuk studi banding manajemen pengelolaan desa yang baik.

  1. Kegiatan The 4th Annual Conference on Community Engagement (ACCE) 2023 di UIN Sunan Ampel Surabaya dan Desa Sekapuk ini dimulai dengan pembukaan oleh Prof Akh. Muzaki, Ph.D Rektor UIN Sunan Ampil dan Bapak Muhammad Aziz Hakim, M.H Kasubdit Penelitian dan PkM Kementerian Agama. Beliau menuturkan bahwa kegiatan Konferensi PkM ini sangat penting bagi Universitas agar tidak hanya menjadi menara gading keilmuan yang kurang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitarnya. Walaupun kegiatan PkM terkadang bukan menjadi prioritas dibandingkan dengan kegiatan Penelitian namun perlu adanya semangat yang tinggi untuk menjalankan kegiatan PkM karena merupakan kegiatan yang dapat bermanfaat untuk masyarakat.
  2. Kegiatan dihari kedua adalah kunjungan di Desa Sekapuk Kabupaten Gresik. Di desa ini peserta kegiatan meninjau UMKM, Pengelolaan Wisata serta Usaha BUMDES yang ada. Desa Sekapuk merupakan desa yang menobatkan desanya sebagai Desa Milyarder karena berhasil mendapatkan Pendapatan asli desa sebesar 7 Milyar setiap tahunnya. Berawal dari desa yang kumuh dan banyak sampah di tahun 2017 kemudian di sulap oleh kepala desa dan masyarakatnya yaitu bapak abdul halilm selaku kepala desa dan masyarakat setempat untuk membuat desanya lebih indah.
  3. Selanjutnya adalah materi dari Prof. Dr. M. Alie Humaedi dari BRIN menyatakan Bahwa Desa adalah masa depan Indonesia. Namun hari ini desa masih belum menjanjikan bagi kehidupan bangsa ke depan. Problem kemiskinan, kerusakan lingkungan, krisis pangan dan energi, serta labeling image yang negatif menjadi tantangan bagi para aktifis dan civitas akademika di Indonesia. Desa dari tahun ke tahun, sejak zaman penjajahan, masa orde baru, sampai masa reformasi masih saja menjadi “mainan” para penguasa. Baik penguasa politik, penguasa ekonomi, maupun pemilik modal. Desa sampai sekarang masih merupakan  masa depan yang tidak diminati. Tahun 2035 diperkirakan penduduk kota sebanyak 65 % dan desa 35 %, merupakan masa depan yang tidak menyenangkan. Hal ini karena penduduk desa tidak lagi berminat hidup dan mengembangkan desanya. Perguruan tinggi khususnya PTKI memiliki tantangan dalam menghadapi masa depan desa tersebut. Tantangan dalam menyelesaikan problem kehidupan, tidak saja menyangkut persoalan pangan, energi, kesehatan, pendidikan, lingkungan, melainkan persoalan mentalitas dan kebudayaan. Sifat pragmatisme, kosumerisme, dan hedonisme menciptakan situasi yang semakin komplek.
  4. Materi dari Dr. Ahmad Mahmdui dari INSIST Yogyakarta Pegiat Data Desa dan PkM di Indonesia menyatakan bahwa Di atas problem tersebut, terdapat problem yang cukup mendasar yaitu data desa. Data desa hanya dimanipulasi untuk kepentingan oknum aparat desa yang hanya menginginkan proyek dan kepentingan “asal atasan senang” (AAS). Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang efektif dalam membangun desa, sehingga impian desa merupakan masa depan bangsa dapat terwujud. Model Service Learning menawarkan pengembangan Desa SDGs dengan memperkuat Wisata Budaya. Pendekatan ini dilakukan dengan Growt of Nostalgia, alternative momerial practice/commemoration, economIc and social impact, growt of domestic and internal leisure, dan heritage as a marketable commodity.  Proses yang dibangun merupakan proses transformasi modal budaya pedesaan ke arah socialeconomic capital. Proses ini dilakukan meLalui pErekaman seni dan nilai, selanjutnya diinterpretasikan secara mendalam atas nilai dan praktik positif, kemudian klarifikasi atas interpretasi nilai dan praktik, berikutnya pengembangan nilai dan praktik melalui proses komodifikasi, dan diakhiri dengan pemanfaatan modifikasi nilai dan praktik. Praktik transformasi budaya versi lokal dapat dilakukan dengan menciptakan desa wisata. Strateginya dengan bersepakat dengan perangkat pelaku tradisi dan budaya, kemampuan mengelola wujud dan nilai tradisi lama, mengidentifikasi pasar pelaku adaptasi/komodifikasi (basis hilirisasi), pengembangan tradisi, kemampuan mengadaptasi dan memodifikasi tradisi budaya dalam konteks modern dengan pelibatan para perantara budaya, dan mengembangkannya menjadi atraksi wisata dengan penguatan digitalisasi. Strategi kebudayaan lain yang dapat dilakukan juga dengan pendekatan Partcipatory Action Research (PAR). Melalui proses riset bersama komunitas dengan group dinamic (Kurt Lewin), untuk membangun kesadaran kritis atas realitas kehidupannya yang menindas (Paulo Freire), sehingga terbangun kesepakatan untuk membangun transformasi menuju perubahan baru yang berdaulat dan bermartabat (Habermas). Strategi ini diinspirasi melalui proses: pergilah ke masyarakat, hiduplah bersama mereka, mulailah dari mereka, belajarlah dari mereka, bekerjalah bersama mereka, lakukan proses mengerjakan dengan contoh, dan bangunlah perubahan dengan hasil yang dapat dibuktikan bahwa mereka telah memiliki dan menghasilkan perubahan oleh mereka sendiri (Lou Tse).  Perubahan harus membangun relasi kuasa yang lebih adil, yang berpihak kepada masyarakat, dan menciptakan kedaulatan dan membangun martabat. Daulat dan martabat merupakan orientasi utama dalam membangun masyarakat. 
  5. Kepala Desa Sekapuk Desa Milyarder Bapak Abdul Halim menyatakan bahwa Model Wisata Setigi Sekapuk Ujungpangkah merupakan salah satu model pendekatan service learning atau PAR untuk pengembangan Desa SDGs. Desa Wisata Setigi dengan kondisi awal sebagai desa miskin berubah menjadi desa mandiri dan desa milyader. Dengan menggunakan pola pengembangan economi berbasis kebudayaan dan nilai lokal yang bernilai manfaat bagi masyarakat lokal. Membangun perubahan menjadi desa berdaulat dan bermartabat sehingga menjadi contoh dan inspirasi bagi desa-desa di Indonesia.   Perguruan tinggi keagamaan Islam dengan gerakan pembelajaran, riset, dan pengabdian masyarakat harus merupakan upaya terpadu yang tujuan utamanya untuk membangun masyarakat dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus bertujuan untuk kemanusiaan dan pemanusiaan, bukan justru jauh dari kemanusiaan dan pemanusiaan. Ilmu pengetahuan harus diproduksi secara terus menerus bersama masyarakat, maka perguruan harus menjadi bagian dan masyarakat, dan masyarakat harus merupakan bagian dari perguruan tinggi. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus bermitra dengan masyarakat, sehingga desa dan masyarakatnya bisa menjadi harapan masa depan Indonesia.  Upaya pengabdian masyarakat PTKI, baik negeri maupun swasta, merupakan upaya strategis membangun desa masa depan. Dengan berbagai metodologi riset dan pengabdian, seperti Participatory Action Research (PAR), Service Learning(SL), Asset Based Community Development (ABCD), dan Community Based Research (CBR) merupakan upaya akademik untuk membangun desa mandiri. Tentu upaya pengabdian masih perlu upaya lebih taktis, strategis, dan berkelanjutan. Demikian pula perlu memperkuat sumberdaya kapasitas, keterampilan, dan kompetensi perguruan tinggi, membangun jaringan antar perguruan tinggi, serta lembaga lain dan peningkatan infrastruktur guna menghasilkan produksi pengetahuan yang berkualitas.
Share this Post1:

Galeri Photo